Tuesday, July 22, 2008

Pendaftaran Calon Pembantu Rektor

Dibuka pendaftaran untuk calon Pembatu Rektor periode ini dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Tanyakan langsung kepada Rektor
2. Tanyakan langsung kepada orang kepercayaan Rektor
3. Tanyakan langsung, siapa maunya Rektor

Syarat diatas harus terpenuhi sebelum mendaftarakan diri sebagai calon Pembantu Rektor, namun apa bila syarat nomor 3 sudah terpenuhi, syarat nomor 1 dan 2 tidak perlu dilengkapi. Hal ini snagat penting untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan kita semua, terutama mahasiswa, anak-anak kita yang saya sayangi dan saya banggakan.

Saya tidak mau lagi berurusan dengan polisi dan pengadilan untuk melepaskan anak kita dari jeratan hukum karena kenakalan ... , sementara saya bebas lepas dan ... puas.

Sekarang ini adalah saatnya kita benar-benar memperagakan model demokrasi para intelektual yang islami. Walaupun label demokrasi adalah model Barat, namun rohnya dari ajaran islam. Yang perlu diwaspadai adalah "improvisasi demokrasi" yang dilakukan oleh mereka yang meklaim diri sebagai patriot demokrais, menyembunyikan jati dirinya sebagai seorang patriot oportunistis.

Ayo, dengan niat membangun universitas ini, mambangkik batang tarandam, maapuih coretan di kaniang, DAFTARAKAN DIRI menajadi calon Pembantu Rektor.

Wednesday, July 16, 2008

LOYALITAS DAN KOMITMENT

Yang pertama adalah loyalitas dan komitmen;
Yang kedua adalah loyalitas dan komitmen;
Yang ketiga adalah lyalitas dan komitmen.

Ini adalah ungkapan populer para pejabat ketika memberikan sambutan di berbagai kesempatan. Audiens teranguk-angguk mendengarnya. Agukkan ini mengandung berbagai makna; tapi satu dari yang sangat mungkin adalah mereka harus "meningkatkan" loyalitas dan komitmennya, karena judul dari semua even tersebut ada "peningkatan".

Komitment dan loyalitas dapat dilihat dari berbagai sisi; bentuknya akan berubah-ubah secara signifikan berdasarkan sisi dari mana seseorang menafsirkannya.

Bagi atasan melihat komitmen dan loyalitas adalah kepatuhan dan kemauan bawahan untuk menjalankan semua kebijakan yang dibuat oleh pembuat kebijakan demi kebajikan lembaga, bangsa dan negara. Namun dari sisi audiens yang sebagian besar juga pejabat kelas menengah, loyalitas dan komitmen dimaknai sebagai suatu yang lain lagi. Mereka memahaminya berbeda-beda sesuai dengan kepentingannya.

Suatu hari, saya tanya pejabat menengah itu: "Anda tahu apa yang dimaksud dengan loyalitas dan komitmen itu".
Beliau menjawab: "Anda kan lebih tahu maknanya, karena Anda berasal dari Jurusan Bahasa Inggris."
Saya jelaskan: "Loyalitas dan komitmen itu adalah sebuah alat yang digunakan oleh banyak orang untuk meraih kepentingannya"
Akhirnya beliau berkomentar dengan wajah bingung: "O ya ..., yah"

Jadi ketika saya implementasikan loyalitas dan komitmen saya untuk menyelamatkan lembaga, bangsa negeri tercinta ini dengan mengatakan "TIDAK" kepada pejabat pembuat kebijakan, saya dituding oleh pejabat menengah sebagai orang yang tidak punya loyalitas dan komitmen. Ternyata, menurut pejabat menengah ini saya juga harus mengatakan "O ya...., yah"

Dengan demikian, pemahaman terhadap ungkapan "Loyalitas dan Komitmen" adalah mengtakan "YA" terhadap apa yang diinginkan pejabat kelas atas, walaupun kata "YA" tersebut bisa mencelakan lembaga, bangsa dan negeri ini. Lalu kalua sudah celaka, mereka mencari kambing "hitamnya". Karena tidak ditemukan (dia adalah kambing "putihnya"), mereka mengklaim kecelakaan ini disebabkan oleh orang yang mengatkan "TIDAK".

Ironisnya, pejabat kelas atas langsung pencaya bahwa kambing "putih" adalah mereka yang punya loyalitas dan komitmen tinggi.

Kalau begitu, apa yang dimaksudkan dengan liyalitas dan komitment? Yang jelas loyalitas dan komitmen adalah ungkapan bak "pisau dapur" yang sangat tajam yang bisa digunakan untuk tujuan apa saja sesui kepentingan, termasuk membunuh.

Selamat menafsirkan ungkapan loyalitas dan komitmen sesuai kepentingan.

Tuesday, July 15, 2008

KETIKA ILMUAN MENJADI PEJABAT

Keunikan kehidapan di dunia kampus adalah otonomi yang sangat luar biasa, sehingga hampir semua "kebijakan" dibuat tidak lagi bernilai "kebajika" dengan alasan kita punya otonomi.

Persoalan yang muncul adalah ketika ilmuan menjadi pejabat ia berperang dengan dirinya sendiri pada saat membuat kebijakan yang bernilai kebajikan. Hal ini dikarenakan ilmuan memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari pejabat "pembuat kebijakan". Perebedaannya adalah bahwa ILMUAN TIDAK BOLEH BOHONG, WALAUPUN IA DIPERBILEHKAN MELAKUKAN KESALAHAN; sebaliknya, PEJABAT BOLEH BERBOHONG, TAPI JANGAN COBA-COBA BERBUAT SALAH.

Kesalahan yang dibuat oleh seorang pejabat, pembuat kebijkan, pasti akan berdampak "ketidakbajikan", yang langsung menjadikan pejabat tersebut tidak bijak-"sana dan sini", walaupun itu hanya sebuah kesalahan kecil. Kesalahan kecil yang dibuat pejabat akan kelihatan sangat besar bagi mereka yang tekena dampak kesalahan tersebut.

Namun ketika seorang pejabat itu berbohong demi sebuah kebajikan sebuah kebijakan maka semua orang tidak akan mepermasalahkan. Toh orang juga tidak tahu ia sedang berbohong; paling-paling suatu ketika orang akan bilang: "Ketahuna bohongnya ...". Namun yang penting dampak dari kebohongannya itu adalah kebajikan. Ini DIA, yang dimaksud kebijkana.

Sebaliknya bila seorang ilmuan berbohong atas sebuah temuan keilmuannya, katakan A berkorekasi "positif" dengan B, pada hal A berkorelasi "negatif" terhadap B, maka dampaknya NAUZUBILLAHIMILZALIK. Gawat, amat gawat kalau itu menyangkut nyawa atau masa depan sebuah bangsa.

BAGAIMANA KALAU SEORANG ILMUAN MENJADI PEJABAT?

Ini persolaan yang perlu didiskusikan.

Sunday, July 13, 2008

SELAMAT ...,

SELAMAT ...,
Itu adalah ucapan yang paling pantas kita ucapkan ketika seseorang meraih prestasi.
Selamat...., bukan diucapkan untuk prestasi yang telah diraih, karena prestasi itu, tanpa doa selamat kita, juga telah selamat. Sehingga ucapan selamat yang kita ucapkan cenderung berbau "stormuka".

Selamat ...., yang disampaikan tersebut hendaknya berniat do'a, semoga prestasi yang diraih itu diberkati oleh Allah, rabbal'alamin. Prestasi yang diraih hendaknya menjadi rangkaian susunan balok yang kokoh untuk menrajut prestasi selanjutnya.

Selamat ...., hendaknya berimbas pada keselamatan umat secara keseluruhan, bukan keselamatan yang bersifat pribadi bagi orang yang meraih prestasi. Alahkah mubazirnya jika kita hanya mendo'akan keselamatan untuk satu orang, pada hal dengan ucapan yang sama kita bisa mendo'akan keselamatan semua orang, hanya dengan menukar niat.

SELAMAT untu kita semua, setelah dilantihnya Rektor baru Universitas Negeri Padang, hari ini 14 Juli 2008. Beban tugas kita, bukan tugas Rektor, "saguluang batu" . Oleh karena itu, kita harus mulai dengan saling mengucapkan SELAMAT, untuk setiap prestasi "siapapun".